Pak Ahok-Djarot Mengabdilah Pada Manusia Sebagai Puncak Ibadah!


Berbagi Cerita - Jadi aktivis lintas golongan, lintas partai, ormas dan agama, itu takdir hidupku. Bagaimana tidak, mulai dari good believer, pengiman yang baik sampai bad believer, pengiman yang buruk saya berkawan. Tahun 2011, di sebuah yayasan, saya ngobrol asyik dengan seseorang. Dia memberiku al-wala’ wa al bara’, manual book kaum salafi-jihadis. Itu lho, kaum yang doyan meledakkan diri demi 72 bidadari. Siapa dia?Peppi Fernando, aktor utama bom buku yang rencananya dihadiahkan pada Kiai Ulil Abshar Abdalla. Salah satu sahabat liberalku. Di sebuah pesantren, tahun 2014 berlalu, saya dikenalkan oleh Kia Munawar Ali dengan seseorang. Kami ngalor-ngidul. Tak saya duga, tahun 2016, dia jadi biang kerok pengeditan pidato Ahok di Kepulauan Seribu. Jahat sekali. Anda pasti tahu. Buni Yani.

Sudah pasti yang punya banyak kawan mulia. Para pebisnis dermawan dan pengabdi pada kerja-kerja sosial-keumatan. Siapa mereka?Pak Dicky Adiwoso Family, Pak Freddi Maturbong yang Katolik, Bu Hajjah Dokter Merry Hastuti, Pak Didin Nasiruddin Bening Communication, Bu Myrna Katjaningrat, Pak Iyyas Subiyakto dll. Para donator pesantrenku. Ada juga Bib Muhsin Alatas dan Yan Ismahara. Petinggi di FPI. Di dua kampus yang saya ngajar, sebagian mahasiswaku agnostik dan ateis. Pokoknya, kaffah deeech persahabatanku. Dulu saya karib dengan paslon no.3 yang saya kini saya panggil sengkuni. Anies Baswedan. Saat temannya nikah beda agama, Sandiaga Uno pun jadi saksi. Saya jadi penghulu.

Tapi, muakku memuncak pada Pilgub DKI ini. Persahabat dan perkawanan retak dan berantakan. Saling kecam, caci maki, dan sumpah serapah terjadi. Simpatisan dan supporter dari para paslon mudah melabel, menfitnah dan mengkafirkan. Kita menyaksikan Pilgub DKI jadi kubangan kehancuran nilai-nilai agama dan moralitas. Agama tidak lagi sebagai pemandu dan cahaya. Iman tak lebih dari bualan. Islam sekadar instrumen kepentingan dan politik. Nilai-nilai kemanusiaan dan moralitas di titik nadir. Kita menyaksikan hancurnya akhlak dan ajaran-ajaran agama umumnya. Sehancur-hancurnya. Timses dan diehard-nya paslon 3 benar-benar gelap mata. Ayat dan mayat pun dijadikan alat politik. Masjid dan kuburan pun jadi alat diskriminasi dan palu pemukul kemanusiaan.

Simbol Otoriterianisme Politik & Puritanisme Agama

Bagi saya, kisruh Pilgub DKI ini warisan hitam Pilpres 2014. Jokowi-JK mengungguli Prabowo-Hatta. Bangsa terpecah sebagai Jokower dan Prabower. Saat itu, saya menolak Gerindra dan PKS:Simbol otoriterianisme politik dan puritanisme teologi. Kondisi ini pula yang terjadi di Pilgub DKI. Penting bagi saya kita memahami spirit dan wacana yang dibangun oleh timses dan 2 partai penyokong paslon nomer 3. Terlibat di dalamnya Wahabi, HTI dan FPI dan gengnya.

Bagi saya, timses dan konsultan politik Anies-Sandi menciptakan opini ala crusade alias Perang Salib. Kita tahu, Palestina saat itu jadi ladang aroma surgawi yang dikejar dan didambakan oleh kedua pengiman agama yang serumpun keturunan Nabi Ibrahim itu. Umat Nasrani dan Islam mengobsesikannya. Di Pilgub DKI jual-beli kepentingan dan hasrat politik dengan bandrol ratusan milyar terjadi. Rental demo dan mobilisasi umat massif terjadi. GNPF-MUI secara “heroik” menggerakkan aksi-aksi spektakuler nan menakutkan itu. Janji pahala dan aroma surga ditebar. Persis propaganda mega-aliansi Amerika Serikat-Arab Saudi dan Pakistan di ladang opium Afganistan. Maka, berduyun-duyunlah umat Islam menjemput maut ke lembah-lembah Afghanistan. Di sanalah Abdullah Azzam dan Osama bin Ladin membangun organisasi militan-radikal-teroristik al-Qaidah. Kelak alumnus dari kawah candradimuka ini jadi penggerak kaum dan aksi-aksi teroris di seluruh belahan dunia. Indonesia jadi salah satu ladang subur operasional ilusi-ilusi politik yang dimimpikannya.

Bagi saya, pasca runtuhnya AHY, Anies-Sandi secara gelap mata dan massif menciptakan suasana hangat dan ghirah tinggi ala Afhanistan dalam Pilgub DKI ini. Cermati saja permainan isu, wacana dan aksi-aksi yang diproduksi paslon nomer 3 ini. Dosa sosial-politik-keagamaan calon gubernur dukungan Gerindra dan PKS ini adalah menghancurkan fungsi dan citra agama secara negatif dan buruk. Agama Islam babak belur dan dihadirkan sebagai agama gelap, penuh caci maki, kebencian, mendorong diskriminasi dan menghalalkan segala cara demi hasrat kursi utama DKI. Kepada Anies-Sandi pula kita tuntut tanggung jawab penghancuran semangat keindonesiaan dan kebhinekaan. Rajutan “tenun kebangsaan” yang Anies suarakan saat menunggangi Paramadina pun sirna. Secara laten sahabatku ini jadi pisau tajam PKS yang menunggangi demokrasi untuk menghancurkan Pancasila. Tragisnya banyak anak negeri dan umat Islam terpesona dikibuli partai yang mendaku partai dakwah ini.

MANUSIA PUNCAK KREASI TUHAN

Konon, Tuhan ingin melihat “diri” dan sifat-Nya. Diciptakanlah manusia, the great creation, puncak kreatifitas. Itulah mengapa Islam mengajarkan bahwa manusia adalah imago dei, sempurna sebagai citra Tuhan. Karenanya, menghina, menistakan, mendiskriminasi, dan menyakiti terlarang. Haram mutlak. Lebih-lebih membunuh tanpa alasan yang dibenarkan secara hukum dan agama. Semua itu babak belur dan hancur lebur dalam Pilgub DKI.

Salah satu nalar keislamanku adalah menyakini nilai-nilai yang bisa dinikmati dan dibutuhkan oleh manusia secara universal. Beriman, beribadah, damai, tenang, harmonis, kasih sayang dan saling membantu. Karena itu biarkan setiap pengiman agama beribadah menurut agama dan kepercayaannya. Jangan segela dan larang pendirian rumah ibadah apapun. Semuanya baytullah, rumah Tuhan. Rumah Tuhan itu bukan masjid saja. Sinagog, gereja, wihara, gudwara, candi dan apapun nama Tuhan diseru, dipuja dan puji adalah rumah Tuhan.

Saya meyakini bahwa setiap orang, apapun agama, ras dan suku, aliran atau ordo, ormas atau komunitasnya, beriman, bahkan tidak beriman, entah karena agnostik, sekalian ateis, berpotensi memancarkan kebaikan dan kebenaran dari jiwanya. Tidak ada diri yang benar-benar kotor dan keruh 100 %, pun bersih dan suci 100 %. Semodel in between position.

Cak Nur adalah mahaguru keislamanku. Beliau menyelamatkan iman-islamku. Saya pernah anti Pancasila, anti non-muslim dan berpikir hitam-putih ala Abu Bakar Baasyir. Teologi serba thagut, tiranik dan haram. Guruku ini mengenalkan gaya bernalar sekularisasi, universalisme dan inklusivisme. Selain beliau tentu Allah ghafarahullah wa yarhamuhu Gus Dur. Pribumisasi Islam dan distingsinya atas budaya Arab. Islam datang bukan untuk mengganti busana Nusantara dengan jubah. Kamu mesti jadi ente. Sedulur-sedulur jadi antum. Sama saja “ampuni Gusti Pangeran” dengan astaghfirullah. Dia maha mendengar dan memahami semua bahasa. Bahkan tak berkalimat dan berbahasa dalam detak dan gerak jiwa pun.

Tak lagi saya menskrining manusia atas nama iman dan agama. Sepanjang luhur moral, menebar damai, membangun budaya harmonis dan menawarkan berkah dan amal, selesai bagi saya sebagai manusia. Saya bisa menikmati dan menikmati aroma Islam dalam kemasan Yahudi, Nasrani, Hindu, Buddha, Khong Hucu, Tao dan agama lokal pun. Apalah artinya klaim beriman dan beragama bila prilaku dan aksi-aksinya menakutkan dan mendzalimi keadaban serta menghancurkan peradaban?

Yang saya pentingkan dalam relasi antara agama dan manusia adalah berkah moral seseorang bagi sesamanya. Saya tak menikmati dan muak umat beragama dan ormas-ormas keagamaan yang menebar celaan, ancaman dan teror. Sekalipun bertakbir dan berbendera Islam. Jangankan non-muslim, sesama muslim pun terteror. Saya pun takut bila tiba-tiba muncul pasukan berjubah bersenjata bambu itu. Tak ada dialog dan tukar dalil dan tafsir. Yang ada bak-bik-buk dan brak-bruk. Sungguh, sesama muslim pun takut dan terancam jiwa-raga.

Saya tak lagi mempermasalahkan bertauhid atau bertrinitas. Tentu saya punya subyektifisme sebagai muslim: Tauhid Islamlah yang simpel, mudah dipahami dan benar. Hanya saja, saya sadar, tugas saya sebagai muslim adalah berdakwah dan bertabligh secara cerdas dan indah saja. Persis akhlak luhur Rasulullah. Dan yang penting dipahami, ada jejak-jejak kebaikan dan kearifan yang bisa kita temukan dalam organisasi iman apapun. Ada kebaikan, kebijakan dan kebenaran dalam Talmud, al-Kitab, Dhammapala, Analect, termasuk dalam Kamasutra pun. Dalam Sacred Book apapun. Saya muslim yang perennialistik.

Saya meyakini adanya berkah hidup dan prilaku islami dalam diri Bunda Teressa, Dalai Lama, Bill Gates dan Warren Buffet. Para pengabdi kemanusian. Manusia yang mampu melepaskan sekat-sekat teologi dan hanya melihat manusia karena ia manusia. Kemanusiaan satu-satunya jantung peradaban. Warren Buffet 2 tahun berlalu mendonasikan 300 trilyun untuk membantu kemanusiaan, pendidikan, kesehatan dan perbaikan bumi Tuhan di Afrika.

Pemahaman keislamanku,Tuhan tak butuh ketaatan dan kepatuhan. Ibadah apapun kembali pada pelakunya. Tuhan sudah mulia tanpa pemuliaan dari hamba-Nya. Juga tak berkurang kemuliaan-Nya karena keingkaran dan kemaksiatan hamba-Nya. Manusialah yang butuh dan wajib bersyukur. Lewat ibadah dan amal-amal kemanusiaan. Ibadah yang kita anggap vertikal, mestinya berbuah kebaikan horisontal. Sesama dan kepada manusia. Selalu yang disebut ibadah itu bermata horisontal. Harus berbarakah sosial. Tuhan tak rela bila ibadah yang kita lakukan bersifat semata-mata vertikal. Tuhan tidak hanya bersemayam di rumah ibadah. Jangan cari Tuhan di tempat rumah-rumah ibadah semata. Bisa jadi yang kita temukan hanya ego kita, ego pemuka agama, ego kolektif dan ego-ego yang menunggangi dan atas nama Tuhan. Carilah DIA di gubuk-gubuk derita, badan-tangan kurus kering, hamba-hamba tertindas, orang-orang fakir dan miskin. Kepada manusia dan kemanusiaan adalah puncak ibadah.

Pak Ahok-Djarot, mengabdilah kepada manusia dan kemanusiaan sebagai puncak ibadah. Jejak karya, amal dan pengabdianmu terlihat nyata di DKI Jakarta. Lanjutkan!

Permainan Poker Online Terpecaya !!
Menyediakan Permainan Poker, Big Or Small, Dan Red and Black

Gratiss Chip 10 Ribu Di Undi Setiap Harinya !!
Segera Daftarkan Di www.ubcpker.bet/13
Sedang Memiliki BANYAK EVENT Lohh ..
Untuk Daftar Awal Isikan Kode REFERRAL Dengan NO. 1140614 Untuk Data Di Awal

Minimal Deposit 10 Ribu Rupiah :
* MINIMAL DP 10 Ribu
* MINIMAL WD 50 Ribu
* 100% NO ROBOT
* REAL PLAYER VS PLAYER

KERJA SAMA DENGAN BANK : BCA,MANDIRI,BNI,BRI,DANAMON DAN CIMB NIAGA
Tempat Bermain Poker Hanya Di Sini Yang Aman Dan Terpecaya...

Untuk Informasi Lebih Lanjut Silahkan Hubungi :

Pin BBM Kami : 2AE6AE3C
Ayo Segera Daftarkan Diri Anda Di www.ubcpker.bet/13

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »