Apakah Anies Bakal Dipecat Untuk Kedua Kalinya?


Berbagi Cerita - Pada pergelaran Pilkada DKI Jakarta putaran I, pamor pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno begitu mengkilap. Kilapnya pamor Anies-Sandi sedikit banyak dipengaruhi oleh faktor ‘dosa/aib’ pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dan pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang mencuat ke atau dikupas publik.

Pasangan Agus-Silvy di-lekat-kan dengan ‘dosa/aib’ turunan dari dinasti Partai Demokrat, program rumah apung, program 1 M tiap RW, dugaan korupsi Sylviana Murni (SylviM) di pembangunan mesjid Al-Fauz dan dana hibah Kwarda Pramuka DKI tahun anggaran 2014- 2015, termasuk adanya nama Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY dalam aduan Antasari Azhar (AntasariA) di Bareskrim Polri dan demo bela Agama yang berjilid.

Sedangkan pasangan Ahok-Djarot di-lekat-kan dengan ‘dosa/aib’ sikap dan tutur bahasa yang kasar, tuduhan keberpihakan pada para pengembang dalam proyek reklamasi pantai Jakarta, aktus gusur-menggusur pemukiman penduduk, dan terutama dugaan penistaan Agama Islam.

Setelah Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok bolak balik di sidang dugaan penistaan Agama, SylviM pun kemudian turut dipanggil Bareskrim Polri untuk dimintai keterangannya sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi pembangunan mesjid Al-Fauz dan dana hibah Kwarda Pramuka DKI Jakarta.

Kasus hukum yang melilit dan mengharuskan SylviM – dari pasangan nomor urut 1 – dan Ahok – dari pasangan nomor urut 2 – untuk ‘duduk’ di hadapan petugas hukum membuat Anies Baswedan (AniesB) sumringah mencecap aroma keuntungan moral dan politis dalam kompetisi pilkada DKI Jakarta 2017. ‘Tanda kemenangan di depan mata, mari kita bekerja lebih keras…’, demikian ucap AniesB kala itu, 29 Januari 2017, di dua minggu jelang pencoblosan 15 Februari.

Keuntungan moral dan politis yang dirasakan atau diperoleh AniesB kala itu punya alasan yang cukup. Sebab, di mata publik, (1) pasangan Anies-Sandi adalah kompetitor Pilkada DKI Jakarta yang ‘bersih’ dari persoalan hukum, tidak pernah diadukan kepada atau ‘didudukkan’ di hadapan petugas hukum. (2) Pasangan Anies-Sandi juga adalah kompetitor Pilkada DKI Jakarta yang tidak banyak mendapat kritikan atau komplein publik atas program-program yang dipaparkan.

Kala itu, pada saat pilkada DKI Jakarta 2017 putaran I, konsentrasi dan kritikan publik lebih banyak diarahkan pada (1) persoalan hukum dugaan penistaan Agama oleh Ahok dan (2) persoalan hukum SylviM, termasuk program populer rumah apung, 1 M tiap RW dan adanya jejak SBY di aduan AntasariA.

Dengan tesis ‘aib/dosa’ dari pasangan nomor urut 1 dan 2 itu, Anies-Sandi kemudian di-tampil-kan di momen 15 Februari 2017 itu sebagai pasangan alternatif-antitesis, sebuah ‘pasangan ideal yang bersih kasus hukum, dengan program-program cagub-cawagub yang minim komplein publik, plus punya pamor moralis-agamis yang high class.’

Momen 15 Februari sudah berlalu. Pasangan nomor urut 1, Agus-Sylvi, pun sudah gugur. Tinggallah pasangan Ahok-Djarot dan pasangan Anies-Sandi di putaran II pilkada DKI Jakarta 2017. Dan pada momen inilah, keabsahan citra Anies-Sandi sebagai ‘pasangan bersih kasus hukum, dengan program-program cagub-cawagub yang minim komplein publik, plus punya pamor moral-agamis yang high class‘ diuji kebenarannya oleh publik.

Beberapa waktu belakangan ini, publik melototi para petugas hukum yang terlihat sibuk menerima aduan tentang rekam laku AniesB dan pasangannya, Sandiaga Uno (SandiU).

Kepada para petugas hukum, Edward Soeryadjaya melaporkan SandiU. SandiU diduga telah melakukan penggelapan aset terkait proses penjualan tanah di Jalan Raya Curug, Tangerang Selatan, Banten, tahun 2012 silam. (2) SandiU pun mesti rela menghadap petugas hukum sebagai saksi atas dugaan pencemaran nama baik Dini Indrawati Septiani, yang disebutkan terjadi pada tahun 2013, di Gelora Bung Karno.

Juga kepada para petugas hukum, Andar Situmorang melaporkan AniesB. AniesB diduga telah menyalahgunakan keuangan negara, semasa ia menjabat sebagai Mendikbud periode 2014/2016, khusus dalam cerita tentang (1) 146M di pameran Frankfurt Book Fair 2015, termasuk problem (2) Selisih Salah Hitung Tunjangan Guru sebesar Rp. 23T.

Persoalan hukum pasangan Anies-Sandi di atas melengkapi kacau dan meng-ular-nya pertanggungjawaban mereka soal program DP 0%, program drainase vertikal, program melukis rumah bantaran sungai, dll, yang sedang dikritik dan dikomplein publik.

Pamor moralis-agamis yang high class Anies-Sandi pun benar-benar diobok belakangan ini oleh statemen dan laku anomali mereka sendiri, termasuk oleh laku anomali dari kelompok-kelompok yang menjadi kekuatan dan basis massa politiknya di pilkada DKI Jakarta 2017.

Lihat saja. Deretan peristiwa (1) berbasa ria AniesB untuk memantik nyinyir di luapan banjir Ciliwung, (2) sikap masgul dan menolak minta maaf dari Anies-Sandi untuk keterlambatannya pada rapat pleno KPUD DKI Jakarta, (3) sangkaan bahwa Djarot Saiful Hidayat telah malakukan pelecehan terhadap umat/masyarakat dari AniesB pada acara Haul Soeharto, (4) prasangka SandiU atas kampanye senyap Ahok sebagai kunjungan terhadap para pebisnis, atau peristiwa populer saat ini (5) penolakan atas jenasah untuk dishalatkan dari pengurus Masjid Al-Jihad, Jakarta Pusat akibat memberi dukungan politik terhadap pasangan Ahok-Djarot, dll, layaknya ‘bisul yang pecah’ di tengah parade citra moralis-agamis Anies-Sandi yang agung.

Dalam asumsi saya, keagungan atau kekuatan politik AniesB ada pada teori dan retorika moralisnya. Sedangkan keagungan atau kekuatan politik Ahok terletak pada kehendaknya untuk be-kerja. Saat di-aktif-kan kembali sebagai Gubernur, pasca Pilkada DKI Jakarta putaran I, Ahok seakan mendapat amunisi baru untuk mempertebal kekuatan politiknya dengan kerja, kerja dan kerja. Dengan itu, pertarungan antara Ahok dan AniesB menuju momen 19 April menjadi tidak kompatibel lagi.

Dengan asumsi itu, pilihan untuk kembali menonaktifkan Ahok-Djarot di jelang Pilkada DKI Jakarta tahap II dapat dipandang sebagai usaha politik yang logis dari kelompok Anies-Sandi sekaligus memberi mereka keuntungan secara politis. Mengapa? Kelompok Anies-Sandi tahu bahwa kekuatan politik Ahok-Djarot terletak pada jualan rekam dan hasil kerja sebagai petahana, dan bukan pada jualan kehalusan bahasa atau retorika politis-moralis.

Problem yang muncul kemudian adalah Ahok justru memilih jalan kampanye senyap jelang momen 19 April. Pilihan Ahok ini, tentu saja, merupakan pukulan bagi kelompok Anies-Sandi yang lebih banyak atau selalu mengandalkan jualan (1) slip of the tongue dari Ahok dan (2) kehalusan bahasa atau retorika politis-moralis dari AniesB dalam Pilkada Jakarta.

Apa pun itu, toh Ahok-Djarot sudah nonaktif lagi. Kerja petahana – sebagai penopang utama kekuatan politik mereka – pun sudah terhenti untuk sementara. Lantas, mengapa roda pedati pasangan Anies-Sandi menuju momen pencoblosan 19 April seolah perih-peluh?

Rupanya, publik dan para petugas hukum yang mulai (1) mengobok-obok keakuratan program-program dan (2) menyingkap kasus-kasus hukum AniesB dan SandiU belakangan ini menjadi ‘biang kerok’nya. Jadi, apakah AniesB akan ‘dipecat’ lagi untuk kedua kalinya? Oleh deretan anomali statemen dan pertanggungjawaban atas programnya, AniesB dan SandiU bisa saja ‘dipecat’ oleh publik dan kelompok pengusungnya. Tapi, tentu saja, pokok argumentasinya tidak sesederhana itu.

Sebagai catatan penutup, Sam Harris – dalam bukunya The End of Faith – menulis, sudah saatnya kita menghentikan sikap fundamentalistis dalam hidup ber-agama. Adanya sekat-sekat oleh karena perbedaan agama – dan politik – sudah bukan saatnya lagi. Mengapa?

Sebab, kalau fundamentalisme menguat dan pada akhirnya kaum fundamentalislah yang meguasai dunia, maka hancurlah dunia ini baik secara fisik maupun dari sisi budaya – sains dan demokrasi. Sejarah kelam agamawan Kristen pada abad 19 atau gerakan Islam radikal abad ini layak menjadi bahan pembelajaran untuk publik – di jelang momen pencoblosan 19 April. Benarkah demikian? Anda berhak dan bebas untuk menilainya.


Permainan Poker Online Terpecaya !!
Menyediakan Permainan Poker, Big Or Small, Dan Red and Black

Gratiss Chip 10 Ribu Di Undi Setiap Harinya !!
Segera Daftarkan Di www.ubcpker.bet/13
Sedang Memiliki BANYAK EVENT Lohh ..
Untuk Daftar Awal Isikan Kode REFERRAL Dengan NO. 1140614 Untuk Data Di Awal

Minimal Deposit 10 Ribu Rupiah :
* MINIMAL DP 10 Ribu
* MINIMAL WD 50 Ribu
* 100% NO ROBOT
* REAL PLAYER VS PLAYER

KERJA SAMA DENGAN BANK : BCA,MANDIRI,BNI,BRI,DANAMON DAN CIMB NIAGA
Tempat Bermain Poker Hanya Di Sini Yang Aman Dan Terpecaya...

Untuk Informasi Lebih Lanjut Silahkan Hubungi :

Pin BBM Kami : 2AE6AE3C
Ayo Segera Daftarkan Diri Anda Di www.ubcpker.bet/13

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »